Ujian baca Fathul Mu'in dilakukan 2 kali. Sistem gugur dan selektif. Pada sesi pertama saya dredek (gugup, red.) Ketika disuguhi Kitab yang menjadi pelajaran wajib Madrasah Aliyah Sidogiri tersebut.
"Abd Rohman Silahkan maju" Begitu suara panitia ketika memanggil saya. Dengan hati dredek saya maju ke depan penguji. Kitab itu mulai dibuka. Halaman demi halaman. Tim penguji mencarikan bab yang harus saya baca. Dengan basmallah saya memulai membaca sebagaimana yang ditentukan oleh tim penguji.
15 menit sudah berlalu. Baca Fathul Mu'in sudah selesai. Hati yang awalnya dredek makin bertambah. Karena masih menunggu hasil ujian. Pengumuman dibaca setelah istirahat dan shalat dhuhur. Saat wudhu dan shalatpun saya masih dredek, bagaimana hasilnya nanti. Loloskah atau ...??? Ah sudahlah. Apapun hasilnya saya harus menerima. Saya pasrah akan hasil yang sudah ditentukan panitia.
Imam Ibnu Ataillah dalam kitabnya berkata :
سَوابِقُ الهِمَمِ لا تَخْرِقُ أَسْوارَ الأَقْدَارِ
keinginan yang kuat akan mampu menembus pagar takdir.
Yang terpenting saya sudah usaha dan berdoa. Hasil itu bukan urusan hamba. Kalaupun hasilnya itu baik berarti bonus. Jika hasilnya tidak seperti yang diinginkan berarti usaha hamba perlu dikoreksi kembali. Apa yang dikehendaki hamba belum tentu yang terbaik. Namun yang dikehendaki Allah adalah hal yang terbaik bagi seorang hamba. Pk. 13.30 WIB semua peserta tes Fathul Mu'in masuk ruang ujian untuk mendengarkan pengumuman. Hati semakin dredek tidak karuan saat memasuki ruang ujian. Saat itu fikiran kacau. Tidak fokus. Rasanya badan panas dingin. "Tes tes. Oke acara akan dilanjutkan. Assalamualaikum wr wb....." Begitu suara pembawa acara terdengar saat memulai membaca pengumuman.
Suasana di ruang ini terasa sunyi sepi. Padahal disana banyak orang, termasuk saya dan perserta lainnya. Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al Qur'an dan sambutan-sambutan. Saya semakin dredek saat saat pengumuman hendak dibaca. Dek-dek…dek-dek…dek-dek makin kencang detak jantungku.
"Saya akan membaca hasil uji baca Fathul Mu'in" ucap petugas. Serentak ruangan bergemuruh.
"Oke-oke. Saya akan membacakan 30 nominasi terbaik. Untuk yang tidak lolos pada kesempatan kali ini dapat mencoba pada kesempatan lain dengan ketentuan yang sama"
Cemas bercampur aduk dengan tingkah yang tak menentu saat menanti pembacaan hasil uji Fathul Mu'in.
"Nama-nama tidak akan saya baca satu-satu namun akan disampaikan melalui grup WhatsApp yang sudah ada" Lanjut pembawa acara.
Acara ditutup dengan tanda tanya besar dalam hati saya. Dalam perjalanan pulang rasa dredek itu masih ada. Di atas beat (motor yang selalu setia menemani) pun saya masih dredek. Sampai rumah saya lihat group WhatsApp namun masih belum ada pengumuman. Ponsel saya tutup, 5 menit kemudian, kling..klung.. ponsel berbunyi. Ada notifikasi group WhatsApp pengumuman hasil uji Fathul Mu'in. Rasanya dredek saya semakin semakin menjadi-jadi. Tidak sama dengan dredek yang saya rasakan sebelumnya. Semakin kencang, tak karuan. Dak.. dik.. duk.. dak.. dik.. duk.. seperti itulah suara detak jantungku.
Dengan basmalah saya buka grup WhatsApp lalu mengunduh pdf pengumuman tersebut. Surat pengumuman berkop Pasca Sarjana Universitas Sunan Giri Surabaya dan dibagian bawah tertulis hasil Uji Fathul Mu'in. Perlahan saya baca nama-nama terlampir 30 nominasi terbaik. Sampai diujung halaman hati semakin tak karuan karena tidak menemukan nama saya.
Sambil bergemuruh detak jantung, saya baca pelan-pelan daann Alhamdulillah tak henti-hentinya saya ucapkan ketika nama saya terselip d urutan teratas, nomer satu. Spontan saya kasih tahu Ibu yang kemudian disambung dengan ucapan Alhamdulillah oleh beliau. Ucapan alhamdulillah pun terucap oleh saudara yang ada d sekitar ibu.
Yaaa demikianlah kisah singkat perjuangan saya untuk memenuhi gelar pasca sarjana.
Jangan pernah menyerah dengan keadaan, karena harapan selalu ada bagi setiap hamba yang beriman, sh.
Penulis Abd Rohman Wahid
Kegiatan keseharian sebagai Staff Tata Usaha MIN 2 Kota Surabaya